Kuil Toji, Kyoto

Ingin sekali aku berbisnis sesuatu terkait dengan hobi melukisku. Meskipun bukan seorang pelukis profesional ataupun lulusan dari bidang seni melukis, aku menyadari bahwa aku suka menggambar. Sejak kecil aku suka sekali dengan cerita anak-anak dan remaja. Entah mengapa aku juga tidak pernah bisa menyelesaikan bacaan cerita romantis dewasa. Saat sudah sampai di pertengahan cerita, aku selalu tidak menuntaskan bacaan cerita novel romantis atau dewasa hingga selesai. Namun, aku selalu suka membaca cerita novel bergenre anak-anak ataupun remaja. “Diary of a Wimpy Kid” dan “Daisy and The Trouble With …” series adalah bacaan favoritku. Masih teringat dengan jelas bahwa aku suka sekali dengan cerita kehidupan remaja karangan Enid Blyton seperti seri “Si Kembar” dan “Lima Sekawan”. Trio Detektif karangan Alfred Hitchcock pun tidak luput menemani hari-hari saat diriku duduk di bangku SD.

Belakangan ini aku sedikit berlatih melukis pemandangan dengan metode lukis cat air tanpa menggambar sketsa. Aku berpikir untuk berbisnis atau menjual kartu pos secara online. Sekali lagi pikiranku untuk berbisnis sedikit meresahkanku. Kenapa? Karena aku menyadari bahwa masih ada batasan dalam gerakku untuk berbisnis. Aku adalah ibu rumah tangga full time yang harus membagi waktu dalam mengurus anak, rumah tangga dan bekerja paruh waktu. Kalau aku terlalu fokus pada bidang bisnis online, bisa jadi blog ini akan terbengkalai. Padahal blog ini adalah terobosan baruku dalam berkarya. Blog ini adalah dunia baru yang kuciptakan sebagai ruang gerakku dalam berkarya dan berharap bahwa di luar sana ada juga seseorang yang turut menikmati karyaku. Akhirnya saat ini aku menyerah dengan pikiran untuk berbisnis online. Saat ini aku memutuskan untuk fokus dengan kegiatan rutinitas diari sketsa ini. Yah, menyerah di satu hal untuk fokus di lain hal yang sesungguhnya adalah menjadi impian terbesarku. Semoga suatu saat aku bisa mewarnai dan memberikan keceriaan bagi dunia ini. Meyakinkan kepada dunia ini bahwa harapan selalu ada di dalam suatu keyakinan yang kuat. Semuanya bahkan sedikit demi sedikit mulai terbentuk di dalam benakku. Namun memang untuk merealisasikannya, sangat membutuhkan waktu, ketekunan serta ketulusan hati. Aku selalu percaya bahwa tidak ada yang akan abadi jika segalanya hanya tertuju pada kepentingan materi.

Berbicara tentang impian, tentu saja aku memiliki impian. Aku ingin menjadi penulis cerita. Yah, aku ingin berkarya lebih dan lebih hingga sinar terang menerangi dan memperlihatkan indahnya warna kehidupan dunia ini bagi setiap orang yang menikmati karyaku. Selain itu, aku ingin sekali mewujudkan hidup yang ramah lingkungan. Hidup di rumah yang sederhana dan ramah lingkungan. Rumah dengan halaman yang luas dimana aku bisa menanam sayur mayur serta menghidangkan menu makanan yang bersumber dari hasil bercocok tanam sendiri. Tidak perlu banyak pakaian. Hanya memiliki pakaian yang benar-benar diperlukan. Semoga impian ini bisa kuwujudkan dalam waktu dekat ini. Jika aku yakin pada diriku, aku percaya bahwa Tuhan pasti akan menyertai dan membantu mewujudkannya.

Sebanyak-banyaknya hal yang kuyakini, banyak pula resah dan kecewaku. Aku resah dan kecewa saat mendengar tubuh anakku tertuang cat secara tidak sengaja oleh anak yang kelasnya lebih besar saat di kelas ada kegiatan body painting. Menurut berita yang disampaikan oleh guru di kelas anakku, anakku begitu terkejut hingga menangis sejadi-jadinya saat tubuhnya terguyur cat. Anak siapa juga yang tidak akan menangis jika mengalami hal seperti itu? Aku begitu marah dan kecewa kepada pihak penitipan karena aku mengganggap bahwa mereka telah lalai menjaga anakku. Meskipun begitu amarahku tidak kulampiaskan kepada pihak penitipan.

Anakku yang masih berusia 3 tahun bercerita kepadaku bahwa dirinya sangat terkejut saat tertuang/terciprat cat. Katanya, “Mata, hidung dan mulutku juga terciprat. Habis itu guru langsung membersihkanku dengan shower dan aku batuk-batuk.” Hati ibu mana yang tidak sedih saat mendengar anaknya bercerita seperti ini. Bisa jadi memang ini hanya suatu kecelakaan kecil, tetapi siapa yang akan dan mau menanggung jika terjadi apa-apa dengan anakku? Bisa saja cat tersebut melukai mata anakku ataupun hal seram lainnya. Kesal rasanya diri ini. Ingin sekali kupindahkan anakku ke TK yang lain. Tetapi saat berunding dengan suami, TK yang lain juga cukup jauh dan harus ditempuh dengan menggunakan bus antar jemput TK. Bukankah hal tersebut juga beresiko? Bahkan sebelum-sebelum ini ada kasus anak TK yang meninggal di dalam bus antar jemput karena anak tersebut terkunci di dalam bus selama berjam-jam karena tidak turun dari bus saat sampai di TK. Usut punya usut ternyata sang sopir tidak memeriksa atau memastikan dengan teliti apakah semua anak sudah turun dari bus sebelum mengunci busnya. Bisa dipastikan anak malang yang terkunci di dalam bus meninggal secara perlahan karena kehabisan oksigen. Jepang memang negara maju, tapi ada saja kasus terjadi yang bisa meresahkan para orang tua seperti diriku ini. Intinya sih memang selalu ada saja bahaya yang mengancam di luar sana. Tetapi yah itu dia, KELALAIAN orang dewasa adalah sumber musibah yang bisa terjadi pada anak-anak kita. Masih ingat betul di kepalaku saat aku meninggalkan dan mempercayai anakku sebentar kepada neneknya untuk membersihkan kamar dengan vacuum cleaner. Sekembalinya dari membersihkan kamar, aku begitu terkejut saat melihat ibu mertuaku membiarkan anakku menyentuh dan sedikit menarik-narik kabel vacuum cleaner yang kugunakan saat itu yang tentunya masih terhubung dengan stop kontak. Apalagi perkataan ibu mertuaku yang begitu membuatku miris adalah “tenaganya (anakku) kuat juga yah (saat menarik kabel).” Hatiku sungguh berkecamuk saat itu. Setelahnya kumenangis diam-diam. Tidak tahukah bahwa membiarkan anak kecil memegang atau menyentuh kabel yang terhubung dengan stop kontak adalah suatu kesalahan besar? Tindakan yang menyepelekan sesuatu adalah hal yang paling kubenci. Jangan sampai karena kelalaian atau kelengahan seseorang membuat anakku dalam bahaya besar. Sudah pasti tidak akan pernah bisa kumaafkan.

Sebenarnya banyak hal yang begitu mengganjal dalam hatiku. Masih tinggal seatap dengan ibu mertua juga sebenarnya adalah salah satunya. Di sisi lain, aku dan suami tidak menampik bahwa kami masih belum bisa mandiri secara finansial karena kami juga memikirkan kepentingan anak. Tentu saja aku pribadi tidak ingin “asal pindah”. Kalaupun pindah, harus pindah ke tempat yang sebaik atau bahkan lebih baik dari tempat tinggal saat ini terkait dengan fasilitas, lingkungan, jangkauan transportasi dan lain-lain. Karena itu aku dan suami tidak ingin gegabah dalam memutuskan membeli rumah.

Begitu banyaknya hal-hal yang meresahkanku ini sesungguhnya banyak membuatku seringkali stres tidak menentu. Emosiku terhadap anak juga acapkali meningkat. Karena itulah, jujur kukatakan bahwa kegiatan melukis atau menggambar adalah salah satu hobi yang kulakukan sebagai terapi menetralkan suasana hatiku yang kelabu, meringankan segala kecemasanku, dan membuat pikiranku selalu terarah pada hal-hal yang positif serta menumbuhkan impian baruku. Melihat goresan warna yang kubuat, hatiku juga menjadi berwarna bahkan suasana hatiku menjadi ringan.

Belum lama ini ada 3 lukisan pemandangan yang kubuat. Aku menantang diriku sendiri untuk membuktikan bahwa apakah sebenarnya aku bisa melukis bunga. Akhirnya aku mencoba melukis bunga dahlia. Setelah lukisan bunga dahlia selesai, memang aku merasa ada sesuatu yang kurang. Ternyata aku menyadari bahwa melukis bukanlah sesuatu yang harus dibuktikan. Dalam lukisan dahliaku ada suatu perasaan yang dipaksakan. Yah aku akhirnya sadar bahwa lukisan atau hasil karya bukanlah suatu pembuktian kemampuan. Hasil karya adalah suatu rasa, ide dan keyakinan yang melebur hingga membentuk suatu objek yang bisa dilihat, disentuh ataupun dirasakan keindahannya.

Bunga Dahlia

Akhirnya pada suatu hari aku mencoba melukis sebuah pemandangan taman yang menurutku indah. Tentu saja kali ini aku melukis tanpa adanya keraguan.

Setelahnya aku melukis pemandangan yang sudah lama benar-benar ingin kulukis, yaitu keindahan Kuil Toji di Kyoto saat musim gugur. Betapa ini adalah lukisan tercantik yang pernah kubuat menurutku.

Selesai melukis ketiga lukisan ini, aku memutuskan untuk mencetaknya di lembaran kartu pos. Dan saat kulihat hasil cetakan di kartu pos begitu indah, akhirnya kuputuskan untuk mengirimkannya kepada beberapa kenalanku yang juga tinggal di Jepang. Aku berharap bahwa kehidupan mereka juga menjadi lebih berwarna seperti goresan warna lukisanku ini.

Tags: , , , , , , , , , , , , ,